Wednesday, June 15, 2011

Dibalik nama ”nia”




Pagi itu senja menampakkan bayangnya bulan sabit yang cerah dan sejuk di rasakan kulit, pada saat itu diperkamungan yang sejuk dan sunyi masih terasa alaminya, dengan dedaunan yang hijau disetiap pohon, suara aliran air yang jernih, Tinggallah sebuah gubuk yang masih menggunakan  bambu yang sangat memprihatinkan yang sangat sederhana dengan atap yang masih menggunakan  dan dindingnya pun anyaman bambu, di huni oleh nenek dan cucu semata wayangnya.
            Pada saat itu nia namanya sedang membantu neneknya yang sudah tua renta tidak bisa lagi menjalalni aktifitas yang dilakukanyya pada saat muda dulu.
            “Nia”.... “...pada saat suara adzan subuh menggema dengan alunan yang sangat merdu. Nia pun terbangun dan bertanya pada neneknya, ada apa nek.....nia membakasnya dengan muka yang masih sungkan untuk membuka mata. Azan zhubuh sudah terdengar ayo kita shlat dulu habis shlat, nia bantu nenek ya.? Iya nek jawab nia
            nia pun bergegas seperti biasa dia menimba air untuk nenek dan dirinya, ayun demi ayun dia lakukan dengan penuh tenaga yang iya punya...satu per satu air pun memenuhi tempatnya.Mereka  pun sholat dengan khusuk dan nikmat, sembbari nia berdo'a agar diberikan kesehatan dan rizki yang halal di pagi hari seperti biasanya. Dia pun meneteskan air mata karena tak kuasa dalam hati nia masih teringat kedua orang tuanya yang sudah lama meninggalkannya. Hingga sekarang dia tinggal dan diasuh dengan nenek tercintanya, nia kenapa kamu menangis....kata nenek. Enggak kok nek, nia enggak nangis
            nia pun mengalhkan pembicaraan dengan bertanya kepada neneknya: nek hari ini kita masak apa? Tanya nia dengan mendekat kan suaranya ke telinga neneknya...maklum sudah tua. Cahaya pagi pun menyusul dengan sendirinya...ayo kita beres beres dulu .... iya nek...mereka pun mulai dengan bahu membahu dan saling membantu sama halnya yang dilakukan sebelumnya.
            Setelah itu, nia pun melangkah keuar untuk memasak diapagi hari untuk makan bersama neneknya, singkat cerita nia pun telah selesai menyiapkan segala keperluan neneknya sebelum ia berangkat berjualan bunga di pasar tardisional....pagi pun  sudah cerah nia pamit kepada neneknya dengan mencium tangan neneknya dan pergi menngunakan sepeda tuanya yang ia beli hasil dari jaualan bunga itu.
            Nia mengayun speda tua itu dengan langkah pasti dan optimis bila hari ini jualannya akan laku cepat beratus kilo ia kayuh sepeda tua itu capek dan letih pun tidak terlihat alam mimik muka nia.walaupun keringat membasahi wajah beserta tubuhnya karena sang matahari yang sedang menjulang tinggi dii pagi hari itu.
            Di tengah perjalannan ia merasa lelah dan ingin beristorahat sebentar, ia pun segera memindahkan sepedanya ke pinggiran jalan dan ia pun duduk sambil mengipasi tubuhnya yang basah kuyup dengan keringat. Ia pun melihat seorang anak yang sedang berjala dengan ibu dan ayahnya dan ia pun tersenyum. Alam hati dia betapa bahagianya dia, andai saja aku bisa seperti dia. Dan ia pun melamun sejenak betapa bahagianya ia bila sampai saat ini dia msaih bisa bertemmu dengan ibu kandungnya,
            Dan ia pun segera sadar dengan lamunan itu, dan segera ingat akan tugas nya ia pun mengambil lagi sepeda dan diayuhkan kembali menelusuri jalan. Langkah demi langkah jalanan ia kayuh dengan sepeda tuanya, dalam persimpangan ia pun mendapati sahabat karibnya yang tinggal jauh dengan dirinya dan ia pun menyapa yang masih jauh sudah terlihat. Tari namanya sahabat yang nia punya...
            Dia pun menuju di persimpangan dan menghampirinya dan bertanya? Mau kemana ri...nia membuka pertanyaan pertamanya... ini mau ke kota jawab tari. Apa kabar lanjut lanjut nia dan berjabat tangan, “baik” kata tari. Tari pun sebalikknya mau jualan seperti biasa ya nia....ia tapi tidak tau ini kenapa hari ini panas sekali...timpal nia. Tari pun menjawab dengan gaya dan keidengannya lagian kamu ke kota pake sepeda yang udah tua ini...mereka pun terlibat saling canda dan tawa karena mereka berdua dahulu dipertemukan sebagai sahabat waktu mereka berdua masih menginjak sekoalah menengah pertama.
            Meraka pun akhrnya berangkat bersama dengan dua sepeda beriringan sambil bertanya satu sama lain. Untuk diketahui dahulu mereka berdua bertetangga karena mereka tinggal tidak berjauhan, namun setelah lulus tari dan keluarganya berniat pindah dan pindahlah keluarga mereka mencari tempat yang lebih dekat dengan kota, setiap harinya mereka berdua memang maklum mereka bekerja ditempat yang sama sebagai penjual bunga, tak lama mereka mengayuh sepeda sudah terlihat kumpulan para pembeli yang mondar mandir beraktivitas dalam pasar yang terletak di sudut kota.
            Akhirnya sampai juga nia ...iya enggak sia sia ya. Tapi sudah menjelang siank ni kata tari, ya akluma aja la kita kan jauh dari kota. Tapi alhamdulillah kita selamat sampai tujuan sambil memakirkan sepadanya di samping rumah tempat jualan bunga itu, tari pun segera mengikuti langkah nia dengan memakirkan sepedanya tepat disamping sepeda nia. Dan segera menuju ke nia yang sedang membuka pintu dengan kunci yang ia bawa, alhamdulillah terbuka juga nia pun dengan ligatnya langsung membuka jendela dan merapikan, dan membersihkan tempat yang sudah dianggap sebagai rumah sendiri.
            Mereka berdua memang sangat kompak dan saling bahu membahu satu sama lain, dengan berbagai macam bunga dan aksesorisnya mereka keluarkan dari tempat persembunyiannya dan dengan berbagai macam pula jenis dan warna sampai memenuhi ruangan yang sudah dibersihkannya. Tari masih sibuk dengan aktivitasnya dengan sibuknya.
            Kemudian nia keluar dan mengambil siraman air untuk menyiram bunga yang sudah berada diluar agar terasa segar, dia  pun mengambil air lalu menyiramkannya dengan penuh perasaan satu persatu bunga yang alami ia sirami seperti hari hari yang lalu, dia pun melihat satu buah bunga yang ternayata berbunga dan ia sangat suka sekali dengan bunga itu. Dia pun menghampiri dan tersenyum betapa indahnya hidup ini. Dari dalam rumah tari memanggil nia.. ia berkali kali.
            Namun nia yang sedang menikmati dan memandangi bunga itu, tidak mendengar panggilan dari sahabatnya. Tari pun melihat dari bilik jendela dan mendapati bahwa sahabatnya sedang memandangi bunga yang mereka sangat sukai itu, dia pun segera keluar dan memenaggil niaaaa!!!
kemudian nia pun tersentak dan memudarka lamunannya..kenapa jawab nia. Tari sambil berlari bungaku sudah mekar.....jawab tari. Bunga yang mana, itu jawab tari. Mana balik nia bertanya.
            Mereka berdua pun memuji dan melihat dengan bahagia karena bunga favorit mereka sudah berbunga dan indah sekali, namun kebahagiaan mereka tidak terlalu lama, karena kedatangan seorang pembeli yang membuyarkan pandangan mereka dengan memakai pakaian yang rapi dan memakai sebuah mobil yang begitu mewah menurutnya. Tari pun segera menghampiri dan menyampaikan selamat datang di bursa bunga namanya. Terima kasih jawab pembeli itu.
            Ada yang bisa saya bantu pak...kata tari, boleh jawab pembeli itu. Saya mau mencari bunga buat ibu saya jawabnya. Ibu...bingung tari.
            Nia pun sudah berada didalam masuk dan mencari kegiatan lain. Tari masih menemani pembeli itu, mereka berdua terlibat percakapan bagaimana layaknya pembeli dan penjual dan pembeli. Hingga tari pun berkenalan dan tahu nama satu sama lain. Hingga mereka pun dekat diektahui namanya adalah toni. Toni pun memutari mencari bunga yang cocok untuk hadiah ulang tahun ibunya dimana ibunya sangat suka sekali dengan bunga yang tumbuh begitu subur menurutnya.      
            Dia pun memutari kebun yang sudah ditanami dan disirami nia waktu itu sehingga nampak begitu sehat san enak dipandang mata, toni pun memutar dan terus memutar karena bingung mau pilih yang mana dalam hatinya. Pada saat dia membalikkan badan mata dia tertuju pada bunga yang tadi nia dan tari dipujinya.
            Dia pun mengatakan bunga ini indah sekali tanya toni pada tari. Tari dengan muka berubah karena dia kwatir bila bunga ini yang nantiny akan dibelinya, dia pun menjaawab dengan pelan ia. Ini bunga yang indah. Dia pun meminta permisi sebentar untuk kedalam.kemudian toni pun silahkan katanya. Dia pun tergesa-gesa masuk kedalam dan lnagusng ditanya tari gimana jadi beli tidak orangnya. Belum ketemu yang tepat ni...panggilan nia.
            Terus kenapa kamu masuk...? aku grogi katanya. Aneh biasanya kamu paling suka kalau ada orang yang beli bunga kita. Iya jawab tari. Tapi yang ini lain. Nai pun bingung dan sambil membuka gorden jendela yang menutupi..kenapa?
            “enggak tau ini”, sambil berjalan dan melihat sama seperti yang dilakukan nia. Mereka pun terlibat percakapan yang panjang dan mereka masih berada di samping jendela itu. Terus nia  membuka pertanyaan. “ kamu suka ya”' tanya nia ke tari. Dijawab langsung oleh tari enggak kok.
Beneran ni timpal nia menyudutkan tari..”beneran ni”kembali jawab tari.
            Disaat mereka sedang mengobrol tiba- tiba ada suara dari luar pintu memanggil nama tari. Tari bisa bantu aku enggak. Didalam nia dan tari terdiam mereka lupa kalau hari itu ada yang berminat membeli. Kemudian  nia pun teringat dan melihat dari balik jendela, siapa ? Kata tari. Orang yang tadi jawab nia. Mereka baru ingat. Tari pun menjawab iya bentar, dia pun keluar pintu meminta maaf karena sudah meembiarkan sendiri memilih bunganya, toni menjawab “enggak apa-apa kok ri, kayaknya kamu sedang sibuk tanya toni.
            Terus toni pun bertanya kalau didalam ini apa katanya? Ini khusus replika bunga ton jawab reni. Oh begitu...boleh saya lihat pintanya. Boleh masuk saja dan lihatlah, toni pun masuk dan mengucapkan “assalamaualikum” disaat masuk. Walaikumsalam jawab nia, toni pun tertegun melihat wajah  nia yang begitu cantik dan anggun karena memakai jilbab. Nia pun membuyarkan pandangan toni, silahkan mas lihat-lihat. Oh iya terima kasih katanya.
            Dia pun melihat ditemani tari yang mulai suka dengan toni walau baru pertama kali bertemu dan berkenalan dengannya, dengan menjelaskan semua produk yang ditanya toni ke tari dengan perasaan bahagia tentunya. Dia pun kemudian tertarik memilih replika bunga sebagai kado ulangtahun ibunya sebagai kado. Kemudian singkat cerita toni pun berpamitan karena sudah menemukan  apa yang ia cari.
            Hari-hari dilalui nia dan tari dengan rasa suka cita, pada saat itu nia yang berjaga sendiri karena tari ibunya sakit sehingga dia tidak masuk kerja selama kurang lebih dua minggu. Toni pun sering bermain dan bercanda baik dengan nia maupun tari, sebenarnya toni suka dengan nia dan pada suatu hari toni dengan persaan gemetarnya ingin menyatakan cintanya ke nia melalui tari dia pun mengucapkannya dengan terbata-bata. nia aku boleh tanya sesuatu enggak katanya, boleh jawab nia.
Mau tanya apa? Toni pun langsung mengutaraka hatinya dan nia pun tersentak kaget bukan main.
            Terus nia dengan perasaan hatinya mengatakan sebenarnay dia juga sayang dan cinta namun, dia rela berkorban demi cintanya untuk sahabatnya yakni tari. Nia tidak mau membuat hati tari tersakiti karena masalah ini. Seingga dijelasknalah bahwa tari juga suka dan cinta pada toni. Pada saat itu ada anak kecil datang dengan terbata bata, dan itar bertanya ada apa? Ini mbak saya disuruh nenek mbak nia menyampaikan berita mbak nia masuk rumah sakit.
            Mendengar berita itu tari dan toni segera membantu menutup tempat jualan bunganya nia, dan sampailah ke rumah sakit bahwa nia  mendapat diagnosa dokter mengidap penyakit kanker ganas, tari pun lemas mendengarnya bahwa sahabtnnya sakit yang tidak terasa...
            pada saat berkumpul memutari nia, nia pun terbangun dan menyampaikan maaf kepada semuanya baik itu neneknya, sahabatnya maupun dengan toni yang mencintainya. Dia pun menjelaskan kepada tari bahwa mereka tidak menjalin kasih mereka hanya saling suka satu sama lain. Maka dipanggillha tari sahabat kariibnya untuk duduk disebelah nia, tari tak kuasa menahan tetesan air mata melihat keteguhan hati nia. Kemudia nia memegang tangan tonni dan menngandengkannya dengan tangan tari, dan ia menginginkan satu permintaan kepada sahabatnya agar mereka berdua menjalin cinta, nia yakin toni dapat melupakan nia dan menggantinya dengan tari sahabat karibnya. Setelah toni dan tari berjanji, nia dengan tenang meninggalkan mereka semua kealam yang abadi. Semua sedih dan semua menangis....
                       

No comments:

Post a Comment