Monday, April 25, 2011

Dana Membeli Pulsa Lebih Besar daripada Membeli Buku

KabarIndonesia - Surabaya, Pepatah mengatakan, buku adalah jendela dunia dan membaca adalah kuncinya. Tak ada negara yang akan maju tanpa buku karena buku merupakan salah satu sumber informasi.  Sayangnya sebagian masyarakat Indonesia tidak memiliki kebiasaan membaca. Hasil penelitian Organization for Economic Cooperation and Deveopment (OECD) menyebutkan, dari 52 negara di Asia Timur, Indonesia menempati urutan terbawah dalam hal budaya membaca. Sementara hasil survei UNDP pada 2002 menyebutkan 34.5% penduduk Indonesia masih buta huruf.

Namun menurut Nugroho F. Yudho, GM Public Relation Kompas Gramedia, minat baca masyarakat Indonesia sebenarnya tak terlalu rendah. Dari hasil penelitian Litbang Kompas pada 2009 diketahui rata-rata satu orang membaca satu buku per bulan. Namun belum tentu tiap orang membeli satu buku per bulan. Hal ini tak menyurutkan minat masyarakat untuk membaca.

“Setiap orang berhak memperoleh akses terhadap informasi yang diinginkan dan dibutuhkan,” katanya dalam pameran buku di Surabaya baru-baru ini.

Nugroho mengatakan, sebagian masyarakat tak punya akses ke buku. Penyebabnya antara lain kurangnya perpustakaan dan harga buku masih cukup mahal.

Ia menyebutkan, dari sekitar 198 ribu SD di Indonesia, hanya 1,6% yang memiliki perpustakaan. Namun angka ini lebih tinggi di tingkat SMP, yaitu 36% SMP memiliki perpustakaan, sementara sekitar 40% SMA memiliki perpustakaan. Hal ini cukup menggembirakan. Diharapkan jumlah perpustakaan terus meningkat, baik di sekolah-sekolah maupun perpustakaan umum.

Selain mengakses buku di perpustakaan, masyarakat bisa memperolehnya di pameran. Nugroho mengatakan, perlu sering diadakan pameran agar masyarakat bisa memilih buku sesuai kebutuhan dan minat mereka serta membeli dengan harga terjangkau. Diharapkan hal ini dapat meningkatkan minat baca masyarakat yang dalam jangka panjang dapat meningkatkan kualitas SDM Indonesia.

Tentang harga buku, Nugroho mengatakan, mutu kertas buku di Indonesia cukup bagus sehingga harganya agak mahal. Beda dengan di negara-negara seperti Kamboja dan Vietnam. Ini karena mutu kertas yang digunakan di negara tersebut kurang bagus sehingga harganya lebih murah. Ia khawatir, jika mutu kertas diturunkan akan membuat masyarakat enggan membaca.

“Sampul buku yang menarik dan kertas yang bagus bisa menarik minat untuk membacanya. Siapa yang senang baca buku yang kertasnya kuning?” tanya Nugroho.

Ia menambahkan, kecenderungan dalam menggunakan ponsel ikut mempengaruhi minat dalam membeli buku. Ia membandingkan dana yang dikeluarkan untuk membeli pulsa lebih besar daripada untuk membeli buku.

“Idealnya 20% penghasilan untuk membeli buku,” ujar Nugroho. Namun ia memaklumi, ini sulit terwujud karena kondisi dan berbagai alasan. Meski demikian, hal ini tak perlu menyurutkan minat masyarakat untuk gemar membaca.

Nugroho mengingatkan, minat baca harus dimulai dari lingkungan terdekat, yaitu keluarga. “Kalau orang tuanya suka membaca, anaknya cenderung juga akan suka membaca karena terpicu oleh kebiasaan orang tuanya. Kalau orang tua memberi contoh yang baik, anak akan mengikuti,” katanya. (*)

No comments:

Post a Comment