Hari Senin ini, saya diminta untuk pergi ke Semarang. Ini adalah perjalanan saya yang ke dua ke Semarang. Maklumlah saya terlalu cinta dengan Yogyakarta, sehingga amat jarang bertandang ke kota lain. Pada perjalanan kedua ini ada hal-hal menarik yang saya temui.
Saya berangkat dari rumah jam 5 kurang 10 pagi. Salah satu alasan berangkat lebih awal adalah agar pulangnya tidak kesorean. Beberapa waktu yang lalu, pada sore hari, di Merapi sering diguyur hujan. Akibatnya, jalur Magelang-Yogyakarta harus berpindah rute. Namun kekhawatiran ini tidak terjadi. Syukurlah.
Saya tiba di terminal Jombor kira-kira jam setengah enam. Terminal masih sepi. Setelah menitipkan motor, saya bertanya kepada seorang bapak: kalau menunggu bus ke Semarang apakah di tepi jalan Jogja-Magelang? Ternyata Bapak itu memiliki solusi jitu: naik taksi ke Semarang.
Tarifnya? Ternyata sama dengan bus patas. Wahhh …., murah benar. Setelah saya masuk ke dalam taksi, sopir memberi dua catatan. Pertama, tarif hanya berlaku dari terminal Jombor ke terminal Banyumanik. Kedua, kursi harus terisi penumpang, alias tiga orang penumpang.
Karena tujuan saya adalah Jalan Dr. Sutomo, saya lantas menanyakan total ongkos perjalanan. Sopir itu menjelaskan, ongkos Jombor-Banyumanik Rp 30 ribu, dan ongkos Banyumanik-jl Dr Sutomo sekitar Rp 30 ribu juga. Sopir mengatakan bahwa malam itu ia berangkat dari Semarang menuju Adi Sucipto pada jam 2 dinihari. Ia kemudian mencari penumpang untuk balik ke Semarang.
Jadi logikanya begini. Taksi menempuh perjalanan Banyumanik-Jombor dengan ongkos Rp 30 ribu/kursi sekali jalan. Karena ia menargetkan semua kursi terisi dan dua kali jalan, maka ia akan mendapatkan uang 6 x 30 ribu, yaitu Rp 180 ribu. Saya kira cukup besar dari pada hanya ngetem di tepi jalan menunggu penumpang.
Bagaimana jika ketika balik semua kursi tak bisa terisi. Sopir mengatakan ia pernah pulang ke Semarang dengan satu penumpang. Ia juga mengatakan jika saya bersedia membayar Rp 100 ribu, taksi langsung berangkat. Jam 6 pagi kami berangkat. Seorang bapak duduk di depan dan seorang ibu muda bersama bayinya duduk di samping saya.
Ibu muda itu turun di Magelang, di komplek perumahan militer. Jarak Jombor-Magelang kira-kira sepertiga jarak Jombor-Banyumanik. Namun ia harus membayar Rp 20 ribu. Jam 9 kami tiba di Banyumanik. Bapak yang duduk di depan minta turun di utara Banyumanik, kira-kira 5 menit perjalanan dari Banyumanik. Kalau tak salah ia membayar Rp 35 ribu. Nampaknya ia mendapat tarif yang paling murah. Saya tiba di jalan Dr Sutomo jam 9.30, membayar Rp 65 ribu.
Untuk menambah pengalaman, saya pulang naik bus. Dari jalan Dr Sutomo ke Banyumanik tarifnya Rp 4 ribu. Dari Banyumanik ke Jombor naik bus patas ekonomi tarifnya 20 ribu.
Sebagai perbandingan: Ketika berangkat naik taksi, nyaman, perjalanan 3 setengah jam tarifnya Rp 65 ribu. Pulang naik bus patas, tidak nyaman (banyak pengamen dan pengasong), perjalanan 4 jam 15 menit, tarifnya Rp 24 ribu.
Hal lain yang menarik adalah pengamen di daerah Ambarawa (kalau tak salah). Tiga orang laki-laki, masing-masing memegang kencrung (gitar kecil dengan 3 senar), ketipung dan ecek-ecek botol yang diisi beras. Untuk ukuran pengamen, bagus sekali menyanyinya. Ia memperoleh banyak uang ribuan untuk 3 lagu. Itulah pengalaman pada perjalananku hari Senin ini.
Saya berangkat dari rumah jam 5 kurang 10 pagi. Salah satu alasan berangkat lebih awal adalah agar pulangnya tidak kesorean. Beberapa waktu yang lalu, pada sore hari, di Merapi sering diguyur hujan. Akibatnya, jalur Magelang-Yogyakarta harus berpindah rute. Namun kekhawatiran ini tidak terjadi. Syukurlah.
Saya tiba di terminal Jombor kira-kira jam setengah enam. Terminal masih sepi. Setelah menitipkan motor, saya bertanya kepada seorang bapak: kalau menunggu bus ke Semarang apakah di tepi jalan Jogja-Magelang? Ternyata Bapak itu memiliki solusi jitu: naik taksi ke Semarang.
Tarifnya? Ternyata sama dengan bus patas. Wahhh …., murah benar. Setelah saya masuk ke dalam taksi, sopir memberi dua catatan. Pertama, tarif hanya berlaku dari terminal Jombor ke terminal Banyumanik. Kedua, kursi harus terisi penumpang, alias tiga orang penumpang.
Karena tujuan saya adalah Jalan Dr. Sutomo, saya lantas menanyakan total ongkos perjalanan. Sopir itu menjelaskan, ongkos Jombor-Banyumanik Rp 30 ribu, dan ongkos Banyumanik-jl Dr Sutomo sekitar Rp 30 ribu juga. Sopir mengatakan bahwa malam itu ia berangkat dari Semarang menuju Adi Sucipto pada jam 2 dinihari. Ia kemudian mencari penumpang untuk balik ke Semarang.
Jadi logikanya begini. Taksi menempuh perjalanan Banyumanik-Jombor dengan ongkos Rp 30 ribu/kursi sekali jalan. Karena ia menargetkan semua kursi terisi dan dua kali jalan, maka ia akan mendapatkan uang 6 x 30 ribu, yaitu Rp 180 ribu. Saya kira cukup besar dari pada hanya ngetem di tepi jalan menunggu penumpang.
Bagaimana jika ketika balik semua kursi tak bisa terisi. Sopir mengatakan ia pernah pulang ke Semarang dengan satu penumpang. Ia juga mengatakan jika saya bersedia membayar Rp 100 ribu, taksi langsung berangkat. Jam 6 pagi kami berangkat. Seorang bapak duduk di depan dan seorang ibu muda bersama bayinya duduk di samping saya.
Ibu muda itu turun di Magelang, di komplek perumahan militer. Jarak Jombor-Magelang kira-kira sepertiga jarak Jombor-Banyumanik. Namun ia harus membayar Rp 20 ribu. Jam 9 kami tiba di Banyumanik. Bapak yang duduk di depan minta turun di utara Banyumanik, kira-kira 5 menit perjalanan dari Banyumanik. Kalau tak salah ia membayar Rp 35 ribu. Nampaknya ia mendapat tarif yang paling murah. Saya tiba di jalan Dr Sutomo jam 9.30, membayar Rp 65 ribu.
Untuk menambah pengalaman, saya pulang naik bus. Dari jalan Dr Sutomo ke Banyumanik tarifnya Rp 4 ribu. Dari Banyumanik ke Jombor naik bus patas ekonomi tarifnya 20 ribu.
Sebagai perbandingan: Ketika berangkat naik taksi, nyaman, perjalanan 3 setengah jam tarifnya Rp 65 ribu. Pulang naik bus patas, tidak nyaman (banyak pengamen dan pengasong), perjalanan 4 jam 15 menit, tarifnya Rp 24 ribu.
Hal lain yang menarik adalah pengamen di daerah Ambarawa (kalau tak salah). Tiga orang laki-laki, masing-masing memegang kencrung (gitar kecil dengan 3 senar), ketipung dan ecek-ecek botol yang diisi beras. Untuk ukuran pengamen, bagus sekali menyanyinya. Ia memperoleh banyak uang ribuan untuk 3 lagu. Itulah pengalaman pada perjalananku hari Senin ini.
No comments:
Post a Comment